Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aturan-Aturan dalam Penulisan Soal Uraian

Selain soal Pilihan Ganda (PG), kita juga mengenal soal Uraian. Soal Uraian merupakan soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis.

Tentunya jenis soal ini juga mempunya kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya, yaitu:
  1. Dapat mengukur kompetensi siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas,
  2. Dapat mengorganisasikan pikiran siswa,
  3. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya,
  4. Siswa dapat mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri.
Adapun kelemahannya, yaitu:

  1. Terbatasnya jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan.
  2. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memeriksa jawaban siswa
  3. Penskorannya relatif subjektif,
  4. Tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda, karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada penskor tes.
Sama halnya seperti menyusun soal PG, maka pada penyusunan soal Uraian juga harus memperhatikan kaidah/aturan-aturan dalam 3 aspek, yaitu Materi, Konstruksi, dan Bahasa.

Materi

Dilihat dari segi materi, maka soal uraian disusun dengan memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Soal harus sesuai dengan indikator yang telah dibuat.
  2. Pokok soal harus logis ditinjau dari segi materi.
  3. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus jelas

Konstruksi

Ditinjau dari segi Konstruksi soal, maka soal Uraian hendaknya:
  1. Pokok soal harus dirumuskan dengan jelas dan tegas.
  2. Rumusan pokok soal harus merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang diukur.
  3. Pokok soal tidak boleh memberikan petunjuk ke arah jawaban.
  4. Stimulus berupa gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
  5. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. 

Bahasa

Dilihat dari segi bahasanya, maka soal uraian hendaknya:
  1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif. Artinya, soal menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
  3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat, terutama jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
Selain kaidah-kaidah di atas, terdapat juga beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika akan menyusun soal uraian, yaitu:
  • Gambar, kalimat atau slogan tidak boleh mengandung unsur iklan promosi produk komersil (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah).
  • Dalam soal tidak menggunakan nama tokoh yang masih hidup, karena dapat diinterpretasikan mempromosikan tokoh tersebut.
  • Ilustrasi soal tidak mengandung unsur SARA, kekerasan, pornografi, politik, ataupun konten yang dapat menimbulkan dampak negatif.
  • Gambar, teks atau kutipan sebaiknya dituliskan sumber asalnya.
  • Tata letak gambar diusahakan konsisten.

Bentuk Soal Uraian

Soal uraian dapat dibagi 2, yaitu soal uraian objektif dan soal uraian non objektif. Soal Uraian Objektif merupakan soal uraian yang rumusan soal atau pertanyaannya menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskoran dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan Soal uraian Non Objektif merupakan soal uraian yang rumusan soalnya menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing siswa, sehingga penskorannya sulit dilakukan secara objektif.

Pedoman Penskoran

Untuk memudahkan dalam memberikan skor dan nilai atas jawaban siswa, maka pada soal uraian perlu dibuatkan pedoman penskoran. Antara Soal Uraian Objektif dan Non Objektif memiliki pedoman penskoran yang sedikit berbeda.

Pedoman Penskoran Soal Uraian Objektif
  1. Buatlah semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan jelas untuk setiap soal.
  2. Untuk setiap kata kunci diberi skor 1.
  3. Jika suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan, maka rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kemudian setiap kata kunci ini dibuatkan skornya masing-masing 1.
  4. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal.
Pedoman Penskoran Soal Uraian Non Objektif
  1. Buatlah garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam pemberian skor
  2. Membuat rentang skor untuk setiap garis besar jawaban. Besar rentang skor terendah nol, sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan berdasarkan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin sulit jawaban, maka rentang skor semakin besar.
  3. Jumlahkan skor tertinggi dari setiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini dinamakan skor maksimum dari satu soal.

Prosedur Penskoran

  1. Pemberian skor sebaiknya dilakukan per nomor soal yang sama untuk semua jawaban siswa agar konsistensi penskoran terjaga.
  2. URAIAN OBJEKTIF: jawaban siswa diperiksa dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Setiap jawaban yang sesuai dengan kunci dinyatakan “Benar” dan diberi skor 1, sedangkan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci dianggap “Salah” dan diberi skor 0. Tidak dibenarkan memberi skor selain 0 dan 1.
  3. URAIAN NON OBJEKTIF: jawaban siswa diperiksa dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Pemberian skor disesuaikan antara kualitas jawaban siswa dan kriteria jawaban. Di pedoman penskoran sudah ditetapkan skor yang diberikan untuk setiap tingkatan kualitas jawaban siswa.
  4. Hitunglah jumlah skor perolehan siswa pada setiap nomor butir soal
  5. Jika dalam satu tes terdapat lebih dari satu nomor soal uraian, setiap nomor soal uraian diberi bobot.
  6. Pembobotan dilakukan dengan membandingkan semua soal yang ada, kemudian dilihat dari  segi kedalaman materi, kerumitan/ kompleksitas jawaban, dan tingkat kognitif yang diukur.
  7. Skala yang digunakan dalam satu tes adalah 10 atau 100 sehingga jumlah bobot dari semua soal adalah 10 atau 100.
  8. Pembobotan pada setiap soal uraian dilakukan pada saat merakit soal.

Contoh Soal Uraian



Demikian yang dapat kami bagikan tentang kaidah/aturan-aturan dalam penyusunan soal uraian. Semoga bermanfaat.
Salam edukasi.

Sumber: Workshop Penyusunan Soal USBN tahun 2020.
I Wayan Ardika
I Wayan Ardika Saya adalah Seorang Guru Sekolah Dasar yang bertugas di Kab. Jembrana, Bali. Melalui Blog ini, saya ingin terus belajar sambil berbagi.

Posting Komentar untuk "Aturan-Aturan dalam Penulisan Soal Uraian"