Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dimana Ada Niat Disitu Ada Jalan

“Dimana ada niat, disitu ada jalan. Namun pada saat menggapai niat, pastinya dihadapkan dengan permasalahan. Berbekal prinsip apa adanya, kolaborasi dan keyakinan yang kuat menjadikan niat suatu hal yang pasti untuk diwujudkan. Inilah prinsip penyemangat sehingga memperoleh kesempatan menjadi peserta Seminar Nasional (Semnas) Tahap II Tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Dirjen GTK Kementerian Pendidikan Nasional. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi pengalaman kepada rekan-rekan seperjuangan, pengalaman ini saya awali dengan sebuah pertanyaan dalam diri saya yaitu, “Kenapa saya harus mengikuti kegiatan ini?”

Menjadi seorang guru sejatinya menjadi manusia yang sempurna bagi peserta didik. Kesempurnaan ini akan dinikmati, ditiru, dan dijadikan ruang oleh peserta didik untuk meluapkan perasaan, emosi, atau keinginan. Peserta didik sebenarnya mengharapkan gurunya mejadi “pelepas dahaga” tatkala peserat didik “kehausan”. Untuk menjadi seorang guru yang diinginkan bagi peserta didik, timbul pertanyaan dalam hati mengapa saya harus menjadi bagian dari mereka (peserta didik)? Bagaimana saya bisa mewujudkannya? Ternyata sungguh luar biasa hikmah dari pekerjaan yang saya lakoni. 

Kesadaran saya akan pentingnya peran guru, membangkitkan keinginan saya untuk belajar dengan teman seprofesi, khususnya teman-teman dari guru berbagi. Melihat profil-profil mereka seperti : I Wayan Ardika, I Ketut Budiarsa, I Wayan Eka Juliastra, Erry Trisna Nurhayana, I Nyoman Latra Santosa, dan masih banyak teman-teman yang memiliki semangat luar biasa menjadi seorang guru yang benar-benar guru (seken). Ternyata guru yang benar-benar guru (seken) tidak selalu harus pintar, namun yang paling berperan adalah selalu merefleksi diri (mulat sarira) bahwa kita ada untuk mereka, guru ada untuk siswa. Inilah awal paham yang mendoktrin pikiran saya untuk berbuat dan terus berbuat.  Kesempatan awal saya coba daftar pada Semnas Tahap I Tahun 2019, namun gagal karena tim penilai menyatakan bahwa tulisan yang saya buat tidak memiliki kejelasan terutama pada metode penelitiannya. Kegagalan ini menjadikan saya semakin bergairah, semua ruang saya buka, terutama bertanya pada teman sejawat dan kepala sekolah. Astungkara, kesempatan datang pada Semnas Tahap II, saya dinyatakan lolos menjadi peserta sebagai presenter. 
Kegiatan Semnas Tahap II Guru Pendidikan Dasar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidik dan Kependidikan sebenarnya adalah ruang bagi guru pendidikan dasar untuk memperoleh kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan. Kegiatan ini dapat diikuti melalui laman https://kesharlindung.pgdikdas.kemdikbud.go.id. Tanggal pelaksanaanya yaitu mulai hari Selasa, 8 Oktober 2019 sampai dengan Jumat, 11 Oktober 2019 di Hotel Swiss Belin Saripetojo Solo, Jalan Slamet Riadi Surakarta.

Jumlah peserta 180 orang berasal dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, kecuali DKI Jakarta. Peserta dari Provinsi Bali berjumlah 3 orang yaitu :
  1. Ni Putu Sugilastini, S. Pd dari SMP Negeri 11 Denpasar
  2. I Putu Eka Juliasta, S. Pd dari SMP Negeri 1 Melaya
  3. I Putu Ardika, S. Pd. SD dari SD Negeri 2 Serangan
Peserta Bali
Peserta Semnas II dari Bali
Ringkasan pelaksanaan kegiatan, yaitu di hari pertama yaitu pembukaan oleh Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Bapak Dr. Praptono, Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Bapak Ir. Hendarman, M. Sc., Ph. D., dan Guru Besar dari Universitas Negeri Yogyakarta Bapak Prof. Suyanto, Ph. D. Materi yang disampaikan seputar kebijakan Kemdikbud dan peran guru di abad 21. 

Hari kedua pelaksanaan, yaitu plenary seasion bagi peserta terdiri dari empat presenter dari masing-masing sub tema Seminar Nasional yaitu 1) Guru yang unggul berhati Indonesia berideologi Pancasila, 2) Penguatan Pendidikan Karakter, 3) Menstimulasi Higer Order Thinking Skill (HOTS), dan 4) Pendekatan Sciense Technology Enginnering Art Mathematic (STEAM). Setelah plenary seasion, peserta dibagi menjadi tiga (3) kelas yaitu kelas A, B dan C. Setiap kelas terdiri dari 60 peserta, 40 peserta sebagai presenter dan 20 peserta sebagai penyaji poster. Saya berada di kelas A sebagai penyaji ke tiga. Semua peserta mempresentasikan tulisannya dihadapan fasilitator dari Kemdikbud dan peserta lain di masing-masing kelas. Kegiatan ini berakhir sampai pukul 22.00 WIB.

Hari ketiga adalah presentasi poster oleh seluruh peserta dari kelas A, B, dan C dalam satu ruang. Peserta yang terpilih sebagai penyaji poster berperan menjadi “pedagang” menempati posisi di samping poster kemudian menyajikan posternya sebaik mungkin agar pembeli bertanya, tertarik, dan membeli posternya dengan cara memberi tempelan kertas origami. Peserta lain yang dihari kedua menjadi presenter, di hari ketiga berperan sebagai “pembeli”.  Dikatakan sebagai pembeli karena peserta menempelkan kertas origami pada poster yang menurut mereka menarik. Teknik jual beli ini dilakukan dengan cara sircle. kegiatan ini dilanjutkan dengan mereview kembali artikel yang ditulis, hal ini diperlukan untuk diterbitkan dalam prosiding. 

Pengalaman yang utama dari kegiatan Seminar Nasional II Guru Dikdas adalah saya menjadi lebih bersemangat untuk berkarya karena inspirasi kembali datang bahkan dari guru-guru hebat seluruh Indonesia, terutama pengalaman dan perjuangan dari guru-guru yang berada di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).  Kegigihannya dalam memperjuangkan nasib bangsa, sangat terlihat bagaimana cara mensiasati kondisi dan permasalahan yang serba kekurangan tidak memupus semangat untuk mendidik anak-anak Indonesia. Semoga pengalaman seperti ini kedepannya dapat diperoleh kembali, atau bahkan pengalaman yang lebih baik yang dapat meingkatkan kualitas diri sebagai seorang pendidik dalam menghadapai abad 21. (I Putu Ardika, 15 Oktober 2019)
I Wayan Ardika
I Wayan Ardika Saya adalah Seorang Guru Sekolah Dasar yang bertugas di Kab. Jembrana, Bali. Melalui Blog ini, saya ingin terus belajar sambil berbagi.